Kamis, 26 Oktober 2017

SEJARAH PERKEMBANGAN KB DI INDONESIA



Mata Kuliah  : Pelayanan Keluarga Berencana


PERKEMBANGAN KB DI INDONESIA




KELOMPOK II-B :
Devianti Tandiallo                               (P102171067)
Mutmainnah                                          (P102171049)
Elisabeth Wehelmina Lay                 (P102171068)



PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN
PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017




KATA PENGANTAR
                                                                                                        
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada jungjunan kita, pemimpin akhir zaman yang sangat dipanuti oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW. “Perkembangan KB Di Indonesia” ini sengaja di bahas karena sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin lebih mengenal mengenai mata kuliah KB.
Selanjutnya penyusun mengucapkan terimakasih kepada kelompok karena telah memberikan pengetahuan dan ilmu pengetahuan yang bersumber dari jurnal dan buku sehingga kami dapat menyelesaikan paper ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada dosen dan teman-teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada kami agar penyusunan paper ini lebih baik lagi.
Demikian, semoga paper ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya semua yang membaca paper ini.

                                                            Makassar,    Oktober   2017

                                                               Kelompok II - B




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang ......................................................................................  4
B.   Tujuan Penulisan .................................................................................  5
C.   Sistematika Penulisan .........................................................................  5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.   Sejarah KB di Indonesia ......................................................................  
B.   Faktor yang mempengaruhi perkembanagan KB di Indonesia ....  
C.   Organisasi KB di Indonesia ................................................................  
BAB III PEMBAHASAN
A.   Bagaimana perkembangan program KB DI Indonesia ..................
B.   Faktor yang mempengaruhi perkembanagan KB di Indonesia ....
BAB IV PENUTUP
A.   Kesimpulan ............................................................................................
B.   Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Gerakan Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal sekarang ini diperoleh oleh beberapa tokoh, baik dalam negeri maupun luar negeri. Pada awal abad ke-19 Di Inggris upaya KB mula-mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu (Sulistiawati, A, 2014).
Di Indonesia keluarga berencana modern mulai dikenal pada tahun 1953. Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat telah mulai membantu masyarakat. Pada tanggal 23 Desember 1957 mereka mendiri­kan wadah dengan nama perkumpulan keluarga Berencana Indonesia (PKBI ) dan bergerak secara silent operation membantu masyarakat yang memerlu­kan bantuan secara sukarela, jadi di Indonesia PKBI adalah pelopor pergerakan keluarga Berencana nasional yang diketuai oleh dr. R. Soeharto (Suratun dkk, 2013).
Di Indonesia juga ada program untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yaitu Program Keluarga Berencana yang dilaksanakan sejak tahun 1970 sukses berjalan. dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia No.8 Tahun 1970, maka dibentuklah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang disingkat BKKBN. Program keluarga Berencana salah satunya pencegahan masalah kependudukan, yang merupakan bagian yang terpadu untuk mencapai program pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, sosial dan budaya. Keluraga berencana pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui Pendewasaan usia perkawinan,pengaturan kelahiran dan pembinaan ketahanan keluarga yang akan memberikan kontribusi meningkatnya kesejahteraan keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.
Permasalahan yang sering terjadi di masyarakat adalah pasangan suami istri yang kurang memiliki program atau perencanaan dalam berkeluarga, kapan memiliki anak, berapa jumlah anak yang diinginkan tentunya yang sesuai dengan kemampuan. Karena kurangnya perencanaan ini sehingga banyak keluarga yang akhirnya memiliki anak banyak, padahal jika dilihat dari kondisi ekonomi mereka kekurangan. Akibat dari permasalahan ini adalah anak menjadi terlantar dan tidak terurus, kurang mendapat perhatian dari orang tua, pendidikan anak tidak diperhatikan.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk maka dicanangkannya Keluarga Berencana (KB). Dalam Keluarga Berencana diidealkan sebuah keluarga hanya terdiri dari orang tua dan dua anak. Dengan hanya memiliki dua anak saja, diharapkan beban keluarga berkurang, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang tua dapat menyekolahkan anak-anaknya, dapat memenuhi semua kebutuhan anak-anak dan sebagianya (Sulistiawati, A, 2014).
Tujuan gerakan KB Nasional adalah mewujudkan keluarga kecil sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia Setelah menyadari betapa pentingnya mengetahui perkembangan KB Di Indonesia. Maka dalam makalah ini akan difokuskan membahas tentang Perkembangan KB Di Indonesia.






B.   Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan menjelaskan perkembangan Keluarga Berencana di Indonesia.
2.    Tujuan Khusus
a.    Sejarah Keluarga Berencana di Indonesia.
b.    Faktor yang mempengaruhi perkembangan KB di Indonesia
c.    Organisasi KB di Indonesia

C.   Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari:
1.    Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
2.    BAB II Tinjauan Pustaka.
3.    BAB III Pembahasan.
4.    BAB IV Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.
5.    Daftar Pustaka












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Sejarah Keluarga Berencana di Indonesia
Gerakan Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal sekarang ini diperoleh oleh beberapa tokoh, baik dalam negeri maupun luar negeri. Gerakan Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal sekarang ini diperoleh oleh beberapa tokoh, baik dalam negeri maupun luar negeri. Pada awal abad ke-19 Di Inggris upaya KB mula-mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu (Sulistiawati, A, 2014).
Di Inggris dikenal Marie Stopes (1880-1950) yang menganjurkan pengaturan kehamilan dikalangan keluarga buruh. Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger (1883-1996) dengan program “Birth Control” merupakan program KB Modern. Pada tahun1952 Margareth Sanger meresmikan berdirinya International Planned Parenthood Federation (IPPF) sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan keluarga berencana di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang merupakan cabang-cabang IPPF tersebut (Melani, N. 2012).
Di Indonesia keluarga berencana modern mulai dikenal pada tahun 1953. Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat telah mulai membantu masyarakat. Pada tanggal 23 Desember 1957 mereka mendiri­kan wadah dengan nama perkumpulan keluarga Berencana Indonesia (PKBI ) dan bergerak secara silent operation membantu masyarakat yang memerlu­kan bantuan secara sukarela, jadi di Indonesia PKBI adalah pelopor pergerakan keluarga Berencana nasional.
Berdirinya Lembaga Keluarga Berencana Nasional pada November 1968 yang menjalankan tugasnya diawasi dan dibimbing oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat merupakan kesungguhan pemerintah daam kebijakan keluarga berencana, selanjutnya  Pada tahun 1970 ditingkatkan menjadi Badan pemerintah melalui Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 1970 dan diberi nama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN ) menggantikan Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) yang bertanggung jawab kepada presiden dan bertugas mengkoordinasikan perencanaan, pengawasan dan penilaian pelaksanaan program keluarga Berencana. (Sulistiawati, A, 2014).
Kesadaran manusia tentang pentingnya masalah kependudukan dimulai sejak bumi dihuni oleh ratusan juta manusia. Plato (427-347) menyarankan agar pranata sosial dan pemerintahan sebaiknya direncanakan dengan pertumbuhan penduduk yang stabil sehingga terjadi keseimbangan antara jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi.
Malthus (1766-1834) pada zaman industri sedang berkembang manusia jangan terlalu banyak berhayal bahwa dengan kemampuan tehnologi mereka akan dapat memenuhi segala kebutuhan karena pertumbuhan manusia laksana deret ukur, sedangkan pertumbuhan dan kemampuan sumber daya alam untuk memenuhinya berkembang dalam deret hitung. Dengan demikian dalam suatu saat manusia akan sulit untuk memenuhi segala kebutuhannya karena sumber daya alam yang sangat terbatas.
Pernyataan Malthus yang merupakan kekawatiran terhadap pertumbuhan penduduk telah muncul ke permukaan di negara besar, seperti Cina, India dan termasuk Indonesia.
Dapat dikemukakan bahwa untuk dapat menyelamatkan nasib manusia di muka bumi tercinta ini, masih terbuka peluang untuk meningkatkan kesehatan reproduksi malalui gerakan yang lebih intensif pada pelaksanaan keluarga berencana.
Tanpa gerakan KB yang makin intensif maka manusia akan terjebak pada kemiskinan, kemelaratan, dan kebodohan yang merupakan malapetaka manusia yang paling dahsyat dan mencekam. Gerakan KB yang kita kenal sekarang bermula dari kepeloporan beberapa orang tokoh, baik di dalam maupun di luar negeri. Sejak saat itulah berdirilah perkumpulan-perkumpulan KB di seluruh dunia, termasuk di Indonesia yang mendirikan PKBI (perkumpulan keluarga berencana Indonesia)
1.  Peristiwa bersejarah dalam perkembangan KB di Indonesia meliputi:
a.    Pada Bulan Januari 1967 diadakan simposium Kontrasepsi di Bandung yang diikuti oleh masyarakat luas melalui media massa
b.    Pada Bulan Februari 1967 diadakan kongres PKBI pertama yang mengharapkan agar keluarga berencana sebagai program pemerintah segera dilaksanakan
c.    Pada Bulan April 1967, Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin menganggap bahwa sudah waktunya kegiatan KB dilancarkan secara resmi di Jakarta dengan menyelenggarakan proyek keluarga berencana DKI Jakarta Raya
d.    Tanggal 16 Agustus 1967 gerakan keluarga berencana di Indonesia memasuki era peralihan pidato pemimpin negara. Selama orde lama organisasi pergerakan dilakukan oleh tenaga sukarela dan beroperasi secara diam-diam karena kepala Negara waktu itu anti terhadap keluarga berencana maka dalam orde baru gerakan keluarga berencana diakui dan dimasukan dalam program pemerintah.
e.    Bulan Oktober 1968 berdiri Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) yang sifatnya semi pemerintah yang dalam tugasnya diawasi dan dibimbing oleh Mentri Negara Kesejahteraan Rakyat, merupakan kristalisasi dan kesungguhan pemerintah dalam kebijakan keluarga berencana.
f.     Pada tahun 1970 ditingkatkan menjadi Badan pemerintah melalui Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 1970 dan diberi nama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggantikan Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) yang bertanggung jawab kepada presiden dan bertugas mengkoordinasikan perencanaan, pengawasan dan penilaian pelaksanaan program keluarga Berencana. (Sulistiawati, A, 2014).

B.    Faktor yang mempengaruhi perkembangan KB di Indonesia
1.    Sosial ekonomi
Tinggi rendahnya status social dan keadaan ekonomi penduduk di Indonesia akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan. Contoh : keluarga dengan penghasilan cukup akan lebih mampu mengikuti program KB dari pada keluarga yang tidak mampu, karena bagi keluarga yang kurang mampu KB bukan merupakan kebutuhan pokok.
Dengan suksesnya program KB maka perekonomian suatau negara akan lebih baik karena dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi dan kesejahteraan dapat terjamin
2.    Budaya
Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai berbagai metode, kepercayaan religius, serta budaya, tingkat pendidikan persepsi mengenai resiko kehamilan dan status wanita., Penyedia layanan harus menyadari bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi pemilihan metode di daerah mereka dan harus memantau perubahan –perubahan yang mungkin mempengaruhi pemilihan metode.
3.    Pendidikan
Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana tetapi juga pemilihan suatu metode. Beberapa studi telah memperlihatkan bahwa metode kalender lebih banyak digunakan oleh pasangan yang lebih berpendidikan. Dihipotesiskan bahwa wanita yang berpendidikan menginginkan keluarga berencana yang efektif, tetapi tidak rela untuk mengambil resiko yang terkait dengan sebagai metode kontrasepsi.
4.     Agama
Di berbagai daerah kepercayaan religius dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode. Sebagai contoh penganut katolik yang taat membatasi pemilihan kontrasepsi mereka pada KB alami. Sebagai pemimpin islam pengklaim bahwa sterilisasi dilarang sedangkan sebagian lainnya mengijinkan. Walaupun agama islam tidak melarang metode kontrasepsi secara umum, para akseptor wanita mungkin berpendapat bahwa pola perdarahan yang tidak teratur yang disebabkan sebagian metode hormonal akan sangat menyulitkan mereka selama haid mereka dilarang bersembahyang. Di sebagaian masyarakat, wanita hindu dilarang mempersiapkan makanan selama haid sehingga pola haid yang tidak teratur dapat menjadi masalah.
5.    Status wanita
Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan mereka memperoleh dan menggunakan berbagai metode kontrasepsi. Di daerah daerah yang status wanitanya meningkat, sebagian wanita memiliki pemasukan yang lebih besar untuk membayar metode-metode yang lebih mahal serta memiliki lebih banyak suara dalam mengambil keputusan. Juga di daerah yang wanitanya lebih dihargai, mungkin hanya dapat sedikit pembatasan dalam memperoleh berbagai metode, misalnya peraturan yang mengharuskan persetujuan suami sebelum layanan KB dapat diperoleh (Setianingrum, E. 2016).

C.    Organisasi KB di Indonesia
1.    PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)
Terbentuk tanggal 23 Desember 1957, di jalan Sam Ratulangi No. 29 Jakarta. Atas prakarsa dari dr. Soeharto yang didukung oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo, dr. H.M. Judono, dr. Hanifa Wiknjosastro serta Dr. Hurustiati Subandrio.
Pelayanan yang diberikan berupa nasehat perkawinan termasuk pemeriksaan kesehatan calon suami isteri, pemeriksaan dan pengobatan kemandulan dalam perkawinan dan pengaturan kehamilan.
Visi PKBI
Mewujudkan masyarakat yang sejahtera melalui keluarga.
Misi PKBI
Memperjuangkan penerimaan dan praktek keluarga bertanggungjawab dalam keluarga Indonesia melalui pengembangan program, pengembangan jaringan dan kemitraan dengan semua pihak pemberdayaan masyarakat di bidang kependudukan secara umum, dan secara khusus di bidang kesehatan reproduksi yang berkesetaraan dan berkeadilan gender.

2.    BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di bentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan badan untuk mengelola program KB yang telah dicanangkan sebagai program nasional. Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ada pada presiden dan dilakukan sehari-hari oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat yang dibantu Dewan Pembimbing Keluarga Berencana.

a.    Dasar pertimbangan pembentukan BBKBN
1)    Program keluarga berencana nasional perlu ditingkatkan dengan jalan lebih memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang tersedia.
2)    Program perlu digiatkan pula dengan pengikut sertaan baik masyarakat maupun pemerintah secara maksimal.
3)    Program keluarga berencana ini perlu diselenggarakan secara teratur dan terencana kearah terwujudnya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

b.    Tugas pokok BBKBN
1)    Menjalankan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi terhadap usaha-usaha pelaksanaan program keluarga berencana nasional yang dilakukan oleh unit-unit pelaksana.
2)    Mengajukan saran-saran kepada pemerintah mengenai pokok kebijaksanaan dan masalah-masalah penyelenggaraan program Keluarga Berencana Nasional.
3)    Menyusun Pedoman Pelaksanaan Keluarga Berencana atas dasar pokok-pokok kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah.
4)    Mengadakan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara asing maupun badan-badan internasional dalam bidang keluarga berencana selaras dengan kepentingan Indonesia dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
5)    Mengatur penampungan dan mengawasi penggunaan segala jenis bantuan yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pelita I yaitu tahun 1969-1974 daerah program Keluarga Berencana meliputi 6 propinsi yaitu Jawa Bali (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali). Merupakan daerah perintis dari BKKBN. Tahun 1974 muncul program-program integral (Beyond Family Planning) dan gagasan tentang fase program pencapaian akseptor aktif.
Berdasar Keppres 38 tahun 1978 BKKBN bertambah besar jangkauan programnya tidak terbatas hanya KB tetapi juga program Kependudukan
c.    Perkembangan BBKBN dimasa sekarang
VISI   :Keluarga berkualitas 2015.
MISI :Membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal, sehat, berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya melalui pengembangan kebijakan, penyediaan layanan promosi, fasilitasi, perlindungan, informasi kependudukan dan keluarga, serta penguatan kelembagaan dan jejaring KB.

Tugas pokok: Melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d.    Perkembangan BBKBN saat ini
VISI: Menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas
MISI
1)    Mengarus-utamakan pembangunan berwawasan Kependudukan.
2)    Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
3)    Memfasilitasi Pembangunan Keluarga.
4)    Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga.
5)    Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara konsisten.
e.    Landasan Hukum
TAP MPR No. IV/1999 tentang GBHN; UU No. 22/1999 tentang OTODA; UU No. 10/1992 tentang PKPKS; UU No. 25/2000 tentang PROPENAS; UU No. 32/2004 tentang PEMERINTAHAN DAERAH; PP No. 21/1994 tentang PEMBANGUNAN KS; PP No. 27/1994 tentang PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN; KEPPRES No. 103/2001; KEPPRES No. 110/2001; KEPPRES No. 9/2004; KEPMEN/Ka.BKKBN No. 10/2001; KEPMEN/Ka.BKKBN No. 70/2001




BAB III
PEMBAHASAN
A.   Bagaimanakah program KB berkembang di Indonesia?
Program KB di Indonesia dimulai sekitar tahun 1957. Pada tahun tersebut didirikan perkumpulan Keluarga Berencana (PKB). Pada saat itu program KB masuk ke Indonesia melalui jalur urusan kesehatan (bukan urusan kependudukan). Belum ada political will dari pemerintah saat itu. program KB masih dianggap belum terlalu penting. Kegiatan penyuluhan dan pelayanan masih terbatas dilakukan karena masih ada pelarangan tentang penyebaran metode dan alat kontrasepsi.
Begitu memasuki orde baru, program KB mulai menjadi perhatian pemerintah. Saat itu PKBI sebagai organisasi yang mengelola dan concern terhadap program KB mulai diakui sebagai badan hukum oleh departemen kehakiman. Pemerintahan orde baru yang menitikberatkan pada pembangunan ekonomi, mulai menyadari bahwa program KB sangat berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi.
Kemudian pada tahun 1970 resmilah program KB menjadi program pemerintah dengan ditandai pencanangan hari keluarga nasional pada tanggal 29 Juni 1970. Pada tanggal tersebut pemerintah mulai memperkuat dan memperluas program KB ke seluruh Indonesia. para penyuluh KB senior bahwa pada awal pelaksanaan program KB (di tahun 70-an), mereka banyak mendapat tentangan dari berbagai lapisan masyarakat. Ketidak tahuan masyarakat dan para tokoh-tokohnya membuat program ini ditolak mentah-mentah.
Program KB Di Indonesia mengalami perkembangan pesat naik ditinjau dari sudut tujuan, ruang lingkup geografis, pendekatan, oprasional, dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran. Pada zaman PKBI Tahun 1950 dan 1960an, tujuan utama KB adalah menjarangkan kelahiran, upaya ini dikaitkan dengan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak juga diusahakan untuk agar pasangan suami dan istri mandul mendapatkan keturunan yang diinginkan. Namun masalah pembatasan kelahiran dan pemecahan masalah kependudukan tidak pernah disinggung. Jumlah anak yang disinggung oleh LKBN melalui logo KB dimana dicantumkan 4anak, 2 laki-laki dan 2 perempuan.
Pada masa ini banyak dibahas hubungan antara agama dan KB. Dalam pelita 1(1969-1973) KB disatukan dengan kesehatan. Target demografi cukup sederhana yakni mencapai jumlah akseptor sebanyak 3 juta selama 5 tahun, sehingga diharapkan untuk pulau jawa dan bali yang padat penduduknya.
Dengan berdirinya BKKBN pada 1970 berarti badan itulah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan KB sejak Pelita 1. Pada pelita II program KB sudah berdiri sendiri, bahkan pada pelita III dan IV jangkauan dan kaitannya sudah lebih luas lagi sehingga program tersebut dalam buku repelita berada di bawah judul kependudukan dan keluarga berencana
Keberhasilan program KB pada pelita I mendorong pemerintah untuk memperluas program pada 10 provinsi lainnya di luar jawa dan bali, pada pelita II, yang dikenal sebagai luar jawa bali 1. Pada pelita II program diperluas keseluruh Indonesia. Kelompok provinsi terakhir dinamakan luar jawa bali II.
Awalnya BKKBN mencanangkan cukup 3 anak atau pancawarga dan dalam perkembangannya kemudian digunakan istilah “ cukup 2 anak” atau caturwarga. Sejak pelita III dampak demografi dari program KB sangat memprihatinkan. Target penurunan tingkat kelahiran kasar sebanyak 50% yakni dari 44 pada tahun 1971 menjadi 22 pada tahun 2000. Dipercepat 10 tahun menjadi tahun 1990. Perubahan ini dilakukan pada 1980. Dalam rangka intensitifikasi program, BKKBN menciptakan strategi yang dinamakan “Panca Karya”
Sejak pelita V program KB Nasional berubah menjadi Gerakan KB Nasional. Gerakan KB Nasional adalah gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak seganap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya Indonesia.
g.    Tujuan gerakan KB Nasional adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk. Sasaran Gerakan KB Nasional (1) Pasangan Usia Subur(PUS) dengan prioritas PUS muda dengan paritas rendah, (2) generasi muda dan purna PUS, (3)  pelaksana dan pengelola KB, (4) sasaran wilayah adalah wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk tinggi dan wilayah khusus seperti sentra industri, pemukiman padat, daerah kumuh, daerah pantai, dan daerah terpencil.  (Sulistiawati, A, 2014).

B.   PERKEMBANGAN ORGANISASI BKKBN DI MASA SEKARANG
1.    Filosofi BBKBN
Menggerakkan peran serta masyarakat dalam keluarga berencana.
Strategi Utama Meliputi :
1.    Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB.
2.    Menata kembali pengelolaan program KB.
3.    Memperkuat SDM operasional program KB.
4.    Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB.
5.    Meningkatkan pembiayaan program KB.
Nilai-nilai yang terkandung dalam grand strategi adalah integritas, energik, profesional kompeten, partisipatif, konsisten, organisasi pembelajaran, kreatif/ inovatif. Kebijakan dari adanya grand strategi adalah pndekatan pemberdayaan, pendekatan desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan kemandirian, pendekatan segmentasi sasaran, pendekatan pemenuhan hak (rightbased), pendekatan lintas sektor.

Strategi
1.        Re-Establishment adalah mmbangun kembali sendi-sendi pogram KB nasional sampai ke tingkat lini lapanngan pasca penyerahan kewenangan.
2.        Sustainability adalah memantapkan komitmen program dan kesinambungan dukungan oleh segenap stakeholders dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah.
Tujuan
1.      Keluarga dengan anak ideal.
2.      Keluarga sehat.
3.      Keluarga berpendidikan.
4.      Keluarga sejahtera.
5.      Keluarga berketahanan.
6.      Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya.
7.      Penduduk tumbuh seimbang (PTS ) (Sulistyawati, A. 2014).
2.    Perkembangan Organisasi BKKBN
Secara historis, organisasi BKKBN di mulai dari organisasi yang murni berstatus swasta pada tahun 1957, kemudian menjadi organisasi semi pemerintah tahun 1968. Pada tahun 1970 menjadi organisasi semi pemerintah sebagai pelaksana dan pengelola program KB nasional sampai dengan saat ini. Berikut ini di gambarkan secara ringkas perkembangan organisasi BKKBN diantara lain:


1.          Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN)
LKBN di bentuk dengan tugas mencakup dua hal, yakni melembagakan KB dan mengelola segala jenis bantuan untuk KB. Setahun LKBN berdiri, proses pengenalan KB kepada masyarakat berlangasung memuaskan dan tidak menghadapi tantangan yang berarti, sehingga pemerintah memutuskan mengambil alih menjadi program pemerintah dan menetapkan program KV nasional merupakan bagian integral dari program pembangunan nasional dan masuk dalam program pembagunan lima tahunan.
2.          BKKBN Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 8 Tahun 1970
Pemerintah membentuk BKKBN untuk melaksanakan dan mengelola program KB nasional, di maksud, dengan pertim,bangan bahwa program perlu di tingkatkan dengan cara lebih memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang tersedia. Pelaksanaan program perlu mengikutsertakan seluruh masyarkat dan pemerintah secara maksimal serta di selenggarakan  secara teratur, terencana dan terarah demi terwujudnya tujuan dan sasaran yang telah di tetapkan.
BKKBN dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada presiden, yang sehari – hari di dampingi oleh musyawarah pertimbangan KB nasional. Berdasarakan Keppres Nomor 8 Tahun 1970, wilayah program meliputi enam provinsi di Jawa , Bali, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat , Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.


3.          BKKBN Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 33 Tahun 1972
            Dalam Keppres  ini BKKBN menjadi lemabga pemerintah Non Departemen yang berkedudukan langsung di bawah presiden dengan fungsi membantu presiden dalam menetapkan kebijaksanaan pemerintah di di bidang program KB nasional dan mengkoordinasikan pelaksanaan program KB Nasional. Penanggung jawab umum penyelenggara program KB nasional berada di tangan presiden, sedangkan ketua BKKBN bertanggung jawab langsung kepada presiden.
Dalam Keppres ini, wilayah program di perluas dengan sepuluh provinsi di luar Jawa Bali I yakni : di Aceh, Sumatra utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan , Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Barat.
Di samping itu, Keppres tersebut menyatakan bahwa Gubernur/ Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/ Walikota kepala Daerah Tingkat II adalah penanggung jawab umum penyelenggaraan KB nasinoal di daerahnya masing, masing.
4.          BKKBN Berdasarkan Keputusan Presiden  RI Nomor 38 Tahun 1978
Agar dapat melaksanakan pokok – pokok kebijaksanaan program KB nasional dan program kependudukan seperti tercantum dalam GBHN 1978 perlu penyesuaian dan peningkatan organisasi BKKBN dengan keputusan Presiden RI Nomor 38 Tahun 1978.
Berdasarkan Keppres ini wiliayah program KB di perluas lagi kesebelas provinsi lainnya di luar Jawa Bali II yakni: Riau, Jambi,  Bengkulu, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku, Irian Jaya dan Timor Timur.
5.          BKKBN Berdasarkan Keputusan Presiden  RI Nomor 64 Tahun 1983
Dalam GBHNN 1983 di rumuskan bahwa program KB nasional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera, dengan cara mengendalikan kelahiran untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk Indonesia. Untuk melaksanakan tugas yang telah di rumuskan di dalam GBHN 1983 dilakukan penyempurnaankembali organisasi BKKBN dengan keputusan presiden RI Nomor 64 Tahun 1983.  Keppres ini di landasi pula pertimbangan bahwa penyelenggaraan program KB nasional sebagai bagian integral pembangunan nasional, perlu di tingkatkan dengan jalan lebih memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber daya yang tersedia dan untuk lwbih menjamin tingkat kesejahteraan rakyat yang memadai, dengan mempercepat penuruanan kelahiran.
6.          BKKBN Berdasarkan Keputusan Presiden  RI Nomor 109 Tahun 1993
Peran serta semua pihak, pemerintah dan masyarakat secara terkoordinasi , integrasi dan sinkronisasi dalam pelaksanaan gerakan KB nasional dan pembangunan keluarga sejahtera, menjadi dasar pertimbnagan terbitnya keputusan Presiden RI Nomor 109 tahun 1993.di pandang perlu utnuk mempercepat terwujudnya keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.


7.          BKKBN Berdasarkan Keputusan Presiden  RI Nomor 20 Tahun 2000
Seiring dengan perkembangan program KB, pembangunan nasional, Era Reformasi dan globalisasi, di perlukan penyempurnaan kembali  organisasi BKKBN dengan Keputusan Presiden RI Nomor 20 Tahun 2000 yang sudah menampung perubahan program atau substansi dalam Era Baru Program KB Nasinoal . Dasar pertimbangan keluarnya Keppres ini adalah untuk mempercepat terwujudnya keluarga berkualitas, maju, mandiri, dan sejahtera, di pandang perlu utnuk meningkatkan peran serta semua pihak secara terkoordinasi, terintegrasi dan tersinkronisasi dalam program KB nasional dan pembangunan KS serta pemberdayaan perempuan. Status BKKBN dalam Keppres ini merupakan lembaga pemerintah non departemen yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden dan di pimpin oleh seorang kepala yang di jabata oleh Mentri Negara Pemberdayaan Perempuan.
8.          BKKBN Berdasarkan Keputusan Presiden  RI Nomor 166 Tahun 2000
Sesuai dengan tuntutan reformasi dalam bidang pemerintahan, di keluarkan Keppres RI Nomor 166 Tahun 2000 yang di perbaharui dengan Keppres RI Nomor 178 tahun 2000 tentang susnan organisasi dan tugas lembaga pemerintahan non departemen yang di dalamnya termasuk BKKBN. Dalam Keppres ini BKKBN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah di bidang KB dan Keluarga Sejahtera (KS) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

BKKBN sebagai lemabag pemerintah non departemen berada di bawah  dan bertanggung jawab langsung kepada presiden , di pimpin oleh seorang kepal yang di jabat dan di koordinakasikan oleh Menteri Negara  Pemberdayaan Perempuan.
9.          BKKBN Berdasarkan Keputusan Presiden  RI Nomor 103 Tahun 2001 yang diikuti dengan Keputusan Presiden RI Nomor 110 Tahun 2001
Berdasarkan Keppres ini di kukuhkan kemabli bahwa BKKBN tetap mempunyai tugas melaksankan tugas pemerintah dibidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undagan yang berlaku. BKKBN sebagai lembaga non departemen di pimpin oleh seorang kepala dan berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden melalui koordinasi Menteri Kesehatan RI.
Berdasarkan Keppres ini, maka sebagian kewenangan BKKBN telah di serahkan kepada pemerintah kabupaten/kota. Demikian pula kelembagaan BKKBN kabupaten/ kota telah di serahkan kepada pemerintah kabupaten/kota per-Januari 2004. Dengan serahkannya kelembagaan ini, maka lembaga yang menangani program KB di kabupaten/ kota bentuknya bervariasi, ada yang berbentuk dinas/ badan merger, ada yang berbetuk kantor KB (Melani,Setyawati,dkk. 2012)




BAB IV
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Di Indonesia keluarga berencana modern mulai dikenal pada tahun 1953. Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat telah mulai membantu masyarakat. Pada tanggal 23 Desember 1957 mereka mendiri­kan wadah dengan nama perkumpulan keluarga Berencana Indonesia (PKBI ) dan bergerak secara silent operation membantu masyarakat yang memerlu­kan bantuan secara sukarela, jadi di Indonesia PKBI adalah pelopor pergerakan keluarga Berencana nasional.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di bentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan badan untuk mengelola program KB yang telah dicanangkan sebagai program nasional
Sejak pelita V program KB Nasional berubah menjadi Gerakan KB Nasional. Gerakan KB Nasional adalah gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak seganap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya Indonesia. Tujuan gerakan KB Nasional adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk


B.   Saran
Penyusun mengharapkan agar kita tertarik untuk memahami perkembangan KB di Indonesia  sehingga menjadi dasar pemikiran untuk mengkaji bagaimana program KB yang ada di Indonesia secara terperinci sesuai peraturan yang telah ada. Semoga makalah yang kami buat mampu meberikan konstribusi positif kepada kita semua.




DAFTAR PUSTAKA
Mandang, J. dkk. Kesehatan Reproduksi Dan Pelayanan Keluarga Berencana. Bogor: In Media
Meilani, N. Setyawati dkk. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Fitramaya.
Setianingrum, E. 2016. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta:CV. Trans Info Media
Sulistiawati, A. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.
Suratun, dkk. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana Dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Natawijaya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pertumbuhan Janin Terhamabat

BAB I PENDAHULUAN A.       LATAR BELAKANG Pertumbuhan Janin Terhambat adalah gangguan pertumbuhan pada janin dan bayi baru lahir ...